- 18 March 2019
- Administrator
UMPO 12 Maret 2019, Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Islam (HMPS-PAI) Universitas Muhammadiyah Ponorogo mengadakan seminar kebudayaan dan kepemudaan di aula Rektorat Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Dengan mengangkat tema, “Kearifan Lokal Sebagai Basis Transformasi Nila-Nilai Pendidikan Islam Menghadapi Revolusi Industri 4.0”. Seminar kali ini menghadirkan 3 pemateri, yaitu Bapak Drs.Ridho Kurnianto, M.Ag sebagai pemateri satu sekaligus sebagai dekan Fakultas Agama Islam, Dr,Imam Ghazali M.A dari Surabaya, dan Bambang Wibisono, S.s.n dari Dinas Pariwisata Ponorogo dengan moderator Najih Muhammadiy S.S.
Seminar dibuka oleh bapak Dr.Bambang Widiyahseno M.si selaku wakil rektor 3 yang dilanjutkan dengan penampilan seni bujang ganong oleh yosika dengan iringan jatil dan musik gamelan dari PSRM Simo Budi Utomo Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Sebelum acara inti dimulai, Najih Muhammadiy selaku moderator memaparkan beberapa pengantar tentang tantangan budaya terhadap dampak revolusi industri 4.0 serta bagaimana peran budaya dan kondisi pendidikan sekarang.
Dr,Imam Ghazali M.A merupakan dosen peradaban islam dari salah satu Perguruan Tinggi di Surabaya memaparkan tentang peradaban budaya. Beliau memberi penjelasan tentang kekayaan sastra jawa yang memiliki ciri khas tersendiri sehingga meninggalkan warisan syair dan sastra yang indah hingga karya itu kita pakai sampai sekarang. Dalam penjelasannya disampampaikan sikap peduli terhadap pentingnya nguri budaya terutama untuk mahasiswa Pendidikan Agama Islam sebagai ladang dakwah demi kemakmuran dan kemajuan bangsa dan negara Indonesia.
Spirit tentang kebudayaan dan kepemudaan dipaparkan oleh Bambang Wibisono dari Dinas Pariwisata Ponorogo, disampaikan olehnya tentang kebijakan dan pemaparan program pemerintah kabupaten mengenai tahun kunjungan wisata 2019. Menurutnya Ponorogo tidak akan kekurangan seniman, contoh misalnya saja tentang pemain reog dari generasi ke generasi sudah mengkader sejak usia SD baik bekerjasama dengan sekolah maupun sanggar. Sedangkan materi ke 3 dari Drs.Ridho Kurnianto M.Ag yang mengungkapkan tentang pentingnya kearifan lokal sebagai basis transformasi pendidikan Islam adalah tentang bagaimana kita menyikapi dinamika yang ada di masyarakat terkait dengan banyaknya kesenia yang ada dan berbagai macam pandangnnya. Beliau mengajak kita supaya pandai-pandai dalam menyampikan dakwah. Artinya ketika kita ingin merubah sesuatu jangan sampai menebar kebencian yang justru itu akan memperbesar tembok pembatas dengan target dakwah.
Sebagai penyimpul ketiga pemateri berharap, ada sinergi yang baik antara Agama dengan budaya untuk menjadikan fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Ponorogo khususnya dan masyarkat ponorogo umumnya agar lebih baik ke depannya. Pemuda Pemudi Mileneal siap berkontribusi dan bersinergi bersama dengan pemerintah untuk menjadikan Jatim yang berbudaya dan berkemajuan yang sesuai dengan Pendidikan Islam. (adn)